Thursday, January 18, 2018

SURAT UNTUK YANG PERNAH PATAH HATI

Karya ke-enam ini saya persembahkan kepada siapa saja Yang Datang, Yang Bertahan dan Yang Pergi di dalam perjalanan hidup. Bahwa, tidak semua hal sesuai harapan, tidak semua hal seindah yang kita bayangkan. Kecewa adalah hal yang manusiawi. Patah pun demikian. Namun satu hal yang saya pahami, tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi tanpa menyimpan hikmah dibaliknya. Sesedih apapun, sekecewa apapun, sehancur apapun.


Hei, kamu. 
bisa jujur sebentar saja?
Tak apa setelah ini kau bersandiwara seperti biasa

Cinta itu masih ada?
Rindu itu masih tumbuh?
Perhatian itu masih merekah?
Kebutuhan itu masih penuh?
Yang terpenting, bahagiakah?

Ya, yang terpenting adalah bahagia.
Terserah, jika dengan berpura-pura bahagia juga adalah kebahagiaan.
Terserah, jika dengan membunuh kebahagiaan juga adalah kebahagiaan.

"Yang penting kau bahagia"

Dapatkan buku terbaru Peyempuan di toko buku terdekat: Gramedia, Gunung Agung, TM Book Store dll.

Thursday, November 9, 2017

UNLOGIC

Benar-benar tidak masuk diakalku.


Jika anda benar-benar cinta atau sayang pasangan atau keluarga anda, seharusnya anda lebih menghargai, seharusnya anda lebih menjaga perasaannya. Kenapa anda malah lebih menghargai dan menjaga perasaan orang lain dibanding orang-orang yang menyayangi anda?

Kenapa anda lebih mudah marah, lebih mengedepankan ego anda ketika menghadapi pasangan anda dibanding teman-teman atau rekan kerja anda? Kenapa anda lebih mudah meledak di depan pasangan anda dibanding orang lain?

Tidakkah anda sadar hal itu menyakitinya?

Kenapa anda lebih sensitif pada pasangan anda?  Dan ketika dia melakukan kesalahan kecil (apalagi besar), lalu anda mendiamkannya berjam-jam atau bahkan berhari-hari? Padahal ke orang lain anda mampu meluaskan hati dan memaafkan. Kenapa anda lebih enteng berlaku kasar atau mengeluarkan kata-kata kasar pada pasangan anda ketika anda marah? Padahal ke orang lain anda segan. Kalau ke orang lain saja anda mampu, bukankah seharusnya anda lebih menghargai, lebih segan, lebih peduli, lebih menjaga perasaan orang yang menyayangi anda? 

Apakah karena anda pikir dia pasangan anda sehingga anda bisa semena- mena meluapkan ego kepadanya? Toh, juga nanti dimaafkan, begitu? Tidakkah anda sadar dia bisa lelah? Tidakkah anda sadar kalau sabarnya bertepi?

Mungkin selama ini dia diam, tapi yakinlah sekam di dalam dadanya bisa berubah menjadi bara dan bisa saja menjadi api yang berkobar. Ada yang akhirnya ikut meledak memuntahkan api. Ada juga yang tetap diam, membekukan amarah, mencari sepi, lalu mencurahkan lelah hatinya pada angin yang tenang. Ya, hanya sepi dan sunyi yang mampu mengerti dia di saat-saat seperti itu.

Sebab bila dia berargumen dengan anda, luka yang dia dapat akan semakin dalam. Kenapa? Karena anda tidak pernah mau salah, apalagi disalahkan. Tepatnya, anda gengsi mengaku salah. Sehingga amarah anda semakin besar disaat anda merasa terpojok. Anda tidak pernah mau kalah.

Anda lupa, dalam hubungan ada dua orang. Bukan hanya anda seorang. Bukan hanya anda yang ingin dimengerti. Bukan hanya anda yang ingin dihargai. Pasangan anda manusia, bukan robot yang bisa anda perlakukan tanpa perasaan. Lagipula, apa susahnya melapangkan hati dan mengaku bila anda salah? Apa susahnya berjiwa besar? Apakah anda merasa rugi jika anda menjadi bijaksana? Kecuali bila anda terus memberi makan ego anda dan membiarkannya menjadi monster.

Satu hal yang perlu anda paham, jangan sampai orang yang paling mengerti anda pergi karena lelah menahan luapan ego anda. Dan bisa jadi, dia tak mau lagi tinggal sekuat apapun anda membujuknya.

KEPUTUSAN

Ada keputusan yang memang harus tetap diambil meskipun nanti kita akan dicap jahat bagai tak berhati. Salah satunya soal memilih pasangan hidup. Tak peduli berapa lama hubungan itu berjalan, masa depan adalah masa depan.

Sunday, November 5, 2017

Jangan Nakal Lagi

Jangan Nakal Lagi adalah sebuah lagu yang terinspirasi dari salah satu chapter yang ada di buku baru peyempuan nanti dengan judul yang sama: Jangan Nakal Lagi. Masih ingat kan waktu itu aku bikin kontes untuk berkolaborasi dengan followers? Ada 5 (seharusnya 6, tetapi salah satu diantaranya tidak kunjung membalas email yang aku kirimkan) followers yang cerpennya ikut masuk ke dalam buku baru peyempuan.  Setelah proses itu selesai, Arman Bustan (salah satu followers) menawarkan kolaborasi dalam bentuk lain. Bukan tulisan, melainkan lagu yang diambil dari salah satu cerpen yang aku tulis di buku baru peyempuan nanti: Surat Untuk Yang Pernah Patah Hati. Tidak butuh waktu lama, setelah aku mengirimkan beberapa draft cerita pendek ke Arman Bustan, lagu Jangan Nakal Lagi pun tercipta. 

Produksi lagu Jangan Nakal lagi dikerjakan di SiNi Records, Kemang, Jakarta. Lagu Jangan Nakal Lagi diproduce oleh Nico Veryandi, salah satu producer muda berbakat yang sudah bekerjasama dengan banyak artis dan penyanyi ternama, antara lain Kotak, Judika, Raffi Ahmad, Astrid, Gloria Jessica, Nowela, Regina Idol, Siska Salman, Mario G Klau, Hedi Yunus, Ideaz dll. Sedangkan Arman Bustan adalah gitaris dan penulis lagu yang juga aktif membuat konten di youtube.

Aku suka lagu, lirik dan musiknya. Arman Bustan benar-benar bisa menginterpetasikan cerpen Jangan Nakal Lagi dalam bentuk lagu.

Penasaran sama lagunya? Nonton music videonya 


Monday, October 30, 2017

PAHIT

"Kita mulai lagi?" 
"Ya, dari awal lagi, aku janji aku akan berubah...aku akan..." 
"Itu janji yang keberapa kalinya?" 
"Kali ini sungguhan, aku benar-benar akan menjadi seperti yang kamu mau"



Gamang hati ini setiap kali dia berjanji dan memelas dihadapanku. Setiap kali aku ingin terbang, dia rangkul sayapku agar tak mengembang. Lalu, semakin kesini, yang kurasa hanyalah rasa iba, bukan lagi cinta. Juga ada rasa tak tega melukai hati yang telah menahun bersama. Yang paling menyiksa adalah perasaan disangka baik-baik saja, disangka bahagia, padahal tidak.

Bukan tidak ada bahagia, tetapi bahagia yang mereka saksikan adalah semu. Ada beberapa hal yang tidak bisa aku ungkapkan tentangnya, yang membuat aku berpikir ribuan kali untuk menikah dengannya.

Lalu kenapa sampai saat ini aku masih dengannya? Sejujurnya, aku ingin menjadikannya pasangan hidup, menghabiskan sisa usia bersamanya, menua bersama sampai mau kelak memisahkan. Tetapi, dia tidak kunjung mengubah dua-tiga sifatnya yang sangat tidak aku suka. Aku tidak mau berhadapan dengan sifat itu di sisa hidupku, karena aku tahu, keadaan itu pasti akan sangat menyiksa batinku. Mungkin, bagi beberapa orang sifat itu tidak masalah, tetapi bagiku masalah. Kita tidak perlu berdebat soal ini, karena prinsip orang yang berbeda-beda. Jika kau tanya sifat apa itu? Maaf, tidak bisa aku ungkap disini.

Dan seperti yang kita tahu, menikah itu tak melulu soal dua orang, namun juga tentang keluarga. Aku tidak mau menjadi bahan pergunjingan keluarga atau tidak disukai ayah ibu hanya karena sesuatu yang sudah aku tahu sejak awal. Ya, mereka pasti tidak akan suka dengan menantu yang punya sifat 'buruk' seperti itu.

Kenapa aku berpikir demikian? Karena sudah ada contoh salah satu anggota keluarga besar yang mengalaminya. Aku tidak ingin sepertinya, sungguh. Uniknya, sampai saat ini pun ayah ibuku tidak tahu 'sifat buruk' yang dimiliki kekasihku itu. Tidak pernah pula aku ceritakan pada mereka. Semua kusimpan sendiri di dalam hati. Yang mereka tahu, kekasihku itu adalah calon anak mantu mereka.

Yang jelas, sifat itu sudah dia tunjukan ke aku, mungkin setelah menikah 'topeng' itu dia lepas seutuhnya. Keadaan itu semakin menggerogoti perasaan yang ada, tidak ada lagi cinta, yang ada hanyalah rasa iba, yang ada hanyalah perasaan tidak enak jika harus meninggalkan seseorang yang sudah menahun bersama.

Setiap kali aku mencoba ikhlas menerima sifatnya dan memutuskan menerima dia sebagai teman hidup, hati selalu berkata: "kamu yakin?"

Jangan bilang aku tidak mencoba meluaskan hati, membesarkan jiwa untuk menerima dia seutuhnya, tetapi hati tiada henti berbisik: "kamu yakin?" Ya ya ya, aku tahu kalian akan bilang: "kalau cinta, harusnya bisa saling menerima satu sama lain." Aku paham, selayaknya dia, aku pun tidak sempurna, tetapi apakah kamu akan mengambil resiko yang sedari awal kamu sudah tahu akan seperti apa? Bagiku itu konyol.

Ya, konyol. Aku tidak mau masuk kedaftar orang yang terpaksa meneruskan hubungannya ke jenjang pernikahan hanya karena sudah terlanjur, atau tidak tega, atau tidak enak. Menikah terlalu sakral bagiku, aku tidak ingin gagal hanya karena sesuatu yang sedari awal sudah kutahu sebabnya. Aku tidak mau menghardik diriku sendiri nanti dengan: "Apa aku bilang!"

Memang tidak ada jaminan ketika aku memutuskannya, aku akan mendapatkan sosok yang aku mau, namun menerobos peringatan dan palang pintu kereta api adalah tindakan tidak berakal. Apakah kamu akan 'sadar' setelah nanti dilindas kendaraan besi dan baja berkecepatan tinggi yang membawa puluhan gerbong?

Jadi, aku tahu ini pahit baginya, tetapi keputusan adalah keputusan. Prinsip adalah prinsip. Kalaupun juga nanti aku gagal, setidaknya aku akan lebih ikhlas ketika gagal itu dimulai dengan pilihan yang tanpa tekanan batin, tanpa keraguan, tanpa ada rasa was-was sejak awal.

"Maaf, aku tidak lagi percaya, sebaiknya kita putus."

AYAM (18+)

Aku adalah peyempuan yang kau setubuhi berulang kali. Setiap kali berdua, yang kau mau hanyalah menyelipkan kemaluanmu di antara kedua pahaku. Tak adakah yang lain dalam otakmu selain bersetubuh? Kadang-kadang kau ingin di sela payudaraku, tapi ukuranku tak memungkinkan imajinasimu terpenuhi. Sabar, kau pikir selama ini aku juga terpuaskan olehmu? Geli-geli sih, iya. Klimaks? Maaf, bisakah kemaluanmu itu kau perintahkan untuk tak cepat- cepat muntah?


Thursday, August 17, 2017

ROBEK


"Aku gak mau putus!"

"Aku mau..."

"Kamu gak ingat semua pengorbanan yang aku lakuin buat kamu?"

"Bukan gitu, aku rasa kita gak cocok. Kayaknya kita temenan aja."


Begitulah, akhir kebersamaanku dengannya. Yang juga akhir pertemuanku. Tak ku indahkan kata-kata terakhirnya. Sebab, terlalu sakit hati ini dibuatnya. Tak perlu lagi berteman, karena aku tidak mau lagi berteman dengan orang semacam dia.

Coba bayangkan, hubungan kami sudah hampir empat tahun dan baru sekarang dia bilang kita gak cocok? Jadi, selama ini aku hanya menjadi bahan percobaan? Tester? Terus pengorbanan yang sudah
aku berikan baik jiwa, raga, waktu dan segalanya untuk dia, dianggap apa? Sumbangan?